Kata Al-Jihad (الْجِهَادُ) dengan dikasrah huruf jim asalnya
secara bahasa bermakna {الْمَشَقَّةُ}
atau {الْوُسْعُ}
yang bermakna usaha, kesulitan, kesukaran, kepayahan, dan kemampuan [Lisaanul-‘Arab (2/395-396)
dan Mu’jamul-Wasith (1/142)]. Ini merupakan definisi secara
bahasa.
(Source:http://abul-jauzaa.blogspot.com)
الجِهاد: مُحارَبة الكُفار، وهو المُبَالَغة واسْتِفْراغ ما
في الوُسْع والطَّاقة من قول أو فعْل.
"Al-Jihad adalah memerangi orang-orang kafir, yaitu
berusaha dengan sungguh-sungguh mencurahkan kekuatan dan kemampuan; baik
beruapa perkataan maupun perbuatan” [An-Nihaayah fii Gharibil-Hadits oleh
Ibnul-Atsir 1/261; Maktabah Al-Misykah] atau :
بذل الجهد في قتال الكفار والبغاة، وقطَّاع الطريق
“Mengerahkan usaha dan
kemampuan untuk memerangi orang-orang kafir, orang-orang lalim, dan para perampok
jalanan” [Taisirul-‘Allam Syarh ‘Umdatil-Ahkam oleh Abdullah Aali
Bassam hal. 562, Daar Ibni Haitsam].
Ini adalah jihad
dengan makna khusus. Adapun definisi istilah secara umum, Al-Haafidh Ibnu Hajar
Al-'Asqalaaniy rahimahullah berkata :
بذل الجهد في قتال الكفار ويطلق أيضا على مجاهدة النفس
والشيطان والفساق فأما مجاهدة النفس فعلى تعلم أمور الدين ثم على العمل بها ثم على
تعليمها وأما مجاهدة الشيطان فعلى دفع ما يأتي به من الشبهات وما يزينه من الشهوات
وأما مجاهدة الكفار فتقع باليد والمال واللسان والقلب وأما مجاهدة الفساق فباليد
ثم اللسان ثم القلب
"(Jihad menurut
istilah syar’iy adalah) mencurahkan seluruh kemampuan untuk memerangi
orang-orang kafir. Istilah jihad juga dimutlakkan untuk melawan hawa nafsu,
syaithan, dan orang-orang fasiq. Adapun jihad melawan hawa nafsu, maka hal itu
ditempu melalui belajar perkara-perkara agama dan kemudian mengamalkannya dan
mengajarkannya. Adapun jihad melawan syaithan adalah dengan menolak segala
bentuk syubuhaat dan syahwat yang selalu dihiasi oleh syaithan. Adapun jihad
melawan kuffar maka hal itu dilakukan dengan tangan, harta, lisan, dan
hati. Adapun jihad melawan orang-orang fasiq adalah dengan tangan, lisan, dan
hati“ [Fathul-Bari oleh Al-Hafidh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani 6/1;
Maktabah Sahab].
Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata
:
لأن الجهاد حقيقته الاجتهاد في حصول ما يحبه اللّه من
الإيمان، والعمل الصالح، ومن دفع ما يبغضه اللّه من الكفر والفسوق والعصيان......
والجهاد، هو بذل الوسع، وهو القدرة في حصول محبوب الحق، ودفع ما يكرهه الحق
"Bahwa pada
hakekatnya jihad adalah mencapai (meraih) apa yang dicintai oleh Allah berupa
iman dan amal shalih, dan menolak apa yang dibenci oleh Allah berupa kekufuran,
kefasikan, dan kemaksiatan...... Jihad adalah mencurahkan segenap kemampuan
untuk mencapai apa yang dicintai Allah ta’ala dan menolak semua yang dibenci“ [Majmu’
Al-Fataawaa oleh Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah 10/59; Maktabah
Al-Misykah].
Apa yang dikatakan
oleh Ibnu Hajar dan Ibnu Taimiyyah rahimahumallah di atas adalah adalah
pengertian/definisi jihad secara umum dalam tinjauan syari’at. Hal itu meliputi
semua amal ibadah termasuk berdakwah, amar ma’ruf, dan nahi munkar.
Ali Al-Jurjani rahimahullah
berkata : "Jihad adalah menyeru manusia kepada agama yang haq“ [lihat :
At-Ta’rifaat oleh 'Ali Al-Jurjani 1/107].
Jihad dalam kaca mata
syari’at ada beberapa macam. Di antaranya adalah sebagaimana dijelaskan oleh
Ibnul-Qayyim :
وإنما جعل طلب العلم من سبيل الله لان به قوام الاسلام كما
ان قوامه بالجهاد فقوام الدين بالعلم والجهاد ولهذا كان الجهاد نوعين جهاد باليد
والسنان وهذا المشارك فيه كثير والثاني الجهاد بالحجة والبيان وهذا جهاد الخاصة من
اتباع الرسل وهو جهاد الائمة وهو افضل الجهادين لعظم منفعته وشدة مؤنته وكثرة
اعدائه قال تعالى في سورة الفرقان وهي مكية ولو شئنا لبعثنا في كل قرية نذيرا
فلاتطع الكافرين وجاهدهم به جهادا كبيرا فهذا جهاد لهم بالقرآن وهو أكبر الجهادين
وهو جهاد المنافقين ايضا فإن المنافقين لم يكونوا يقاتلون المسلمين بل كانوامعهم
في الظاهر وربما كانوا يقاتلون عدوهم معهم ومع هذا فقد قال تعالى يا أيها النبي
جاهد الكفار والمنافقين واغلظ عليهم ومعلوم ان جهاد المنافقين بالحجة والقرآن
والمقصود ان سبيل الله هي الجهاد وطلب العلم ودعوة الخلق به الى الله ولهذا قال
معاذ رضى الله عنه عليكم بطلب العلم فإن تعلمه لله خشية ومدارسته عبادة ومذاكرته
تسبيح والبحث عنه جهاد
"Thalabul-'ilmi (menuntut
ilmu syar’i) dinyatakan juga termasuk fii sabiilillah tidak lain karena
dengannya akan tegak Dienul-Islam, sebagaimana juga Dieunul-Islam akan tegak
dengan jihad (perang/qitaal). Jadi Islam itu tegak dengan ilmu dan
jihad/perang. Karena, jihad itu ada dua macam :
1.
Jihad dengan tangan dan senjata. Jihad ini semua orang
bisa ikut andil di dalamnya.
2.
Jihad dengan hujjah dan bayan (ilmu). Jihad jenis ini
merupakan jihadnya orang-orang khusus dari kalangan para pengikut Rasul. Ini
merupakan jihadnya para imam (ulama). Dan jihad kedua lebih utama daripada
jihad yang pertama. (Hal itu disebabkan) karena sedemikian besar manfaatnya,
sangat besar resikonya, dan sangat banyak musuh-musuh yang dihadapinya. Allah
berfirman di dalam surat Al-Furqan – dimana ia merupakan surat Makiyyah - : "Dan
andaikata Kami menghendaki benar-benarlah Kami utus pada tiap-tiap negeri
seorang yang memberi peringatan (rasul). Maka janganlah kamu mengikuti
orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Quran dengan jihad
yang besar” [QS. Al-Furqaan : 51-52].
Inilah jihad terhadap
orang-orang kafir dengan Al-Qur’an. Jihad ini merupakan jihad terbesar di
antara dua jenis jihad di atas. Dan termasuk di dalamnya juga jihad terhadap
orang-orang munafiq. Sesungguhnya ketika itu kaum munafiqin tidak memerangi
kaum muslimin (dengan senjata). Bahkan mereka bergabung dalam barisan kaum
muslimin, dan terkadang berperang melawan musuh-musuh Islam. Namun demikian
Allah perintahkan kepada Nabi-Nya : "Hai Nabi, berjihadlah
(melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah
terhadap mereka” [QS. At-Taubah : 73]. Dan sudah menjadi maklum
(pengetahuan) bahwa jihad melawan kaum munafiq dengan hujjah dan Al-Qur’an.
Jadi, maksud sabilullah
itu mencakup jihad (perang), menuntut ilmu, serta berdakwah dengan ilmu
tersebut. Oleh karena itu Mu’adz bin Jabal berkata : "Wajib atas
kalian untuk menuntut ilmu, sesungguhnya mempelajari ilmu (dengan ikhlash)
karena Allah merupakan kasyyah[1], mengkajinya merupakan
ibadah, mengingatnya merupakan tasbih, dan membahasnya merupakan jihad“ [selesai
perkataan Ibnul-Qayyim - Miftah Daaris-Sa’adah 1/131-132;
Maktabah Al-Misykah].[2]
Dan itu sangat sesuai
dengan sabda Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam :
جاهدوا المشركين بأموالكم وأنفسكم وألسنتكم
"Berjihadlah melawan orang-orang musyrik dengan
harta, jiwa, dan lisan kalian“ [HR.
Ahmad 3/124 no. 12268, An-Nasa’i dalam Al-Mujtabaa no. 3096,
Al-Hakim dalam Al-Mustadrak no. 2427; shahih].
إِنَّ الْمُؤْمِنَ يُجَاهِدُ بِسَيْفِهِ وَلِسَانِهِ
"Seorang mukmin
selalu berjihad dengan pedang dan lisannya“ [HR. Ahmad no. 15823, Ath-Thabarani dalam Mu’jamul-Kabir no.
15500, dan Ibnu ‘Asakir dalam Tarikh Ad-Dimasyq ; shahih]
Hadits di atas secara
jelas menjelaskan bahwa jihad bisa dengan jiwa (yaitu berperang dan berhadapan
dengan orang kafir), dengan harta (yaitu menginfakkan harta di jalan Allah baik
dalam rangka pembiayaan perang atau hal-hal lain dalam amal kebaikan Islam
untuk mendukung perjuangan Islam), atau dengan lisan (yaitu dengan menegakkan
hujjah dan penjelasan kepada orang-orang kafir dan yang lainnya).
Bahkan haji termasuk
jihad bagi kaum wanita :
هَلُمَّ إِلَى جِهَادٍ لا شَوْكَةَ فِيهِ ، الْحَجُّ
"Bersegeralah
menuju jihad tanpa ada kesulitan di dalamnya, yaitu haji“ [HR. Ath-Thabarani dalam Al-Kabiir no.
2841; shahih].
Imam Al-Qurthubi
mengutip perkataan Abu Sulaiman Ad-Daaraani rahimahumallah mengenai
penjelasan syar’iy tentang jihad :
ليس الجهاد في الآية قتال الكفار فقط بل هو نصر الدين والرد
على المبطلين؛ وقمع الظالمين؛ وعظمه الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر ومنه مجاهدة
النفوس في طاعة الله وهو الجهاد الأكبر
"Yang dimaksud
jihad dalam ayat (yaitu QS. Al-Ankabut : 69) ini bukan hanya perang melawan
orang-orang kafir saja, namun jihad di sini meliputi pembelaan terhadap agama,
membantah para pembawa kebathilan, menghentikan kedhaliman, dan puncaknya amar
ma’ruf nahi munkar. Termasuk juga kesungguhan dalam ketaatan kepada Allah.
Inilah jihad yang terbesar“ [selesai].[3]
Dan orang-orang yang
menyibukkan diri menuntut ilmu (untuk beramal) secara ikhlash karena Allah
dalam rangka menghilangkan kebodohan pada dirinya termasuk jihad. Abud-Darda’
radliyallaahu 'anhu berkata :
من رأى الغدو والرواح إلى العلم ليس بجهاد فقد نقص عقله
"Barangsiapa yang
menyatakan bahwa pergi bolak-balik mencari ilmu bukan merupakan jihad, maka
sungguh akal dan pikirannya telah berkurang“ [Diriwayatkan dengan sanadnya oleh
Al-Hafidh Ibnu ‘Abdil-Barr dalam Jaami’ Bayanil-‘Ilmi wa Fadhlihi hal.
21 Bab : Tafdlilul-‘Ulama’ ‘alasy-Syuhadaa’].
Kesimpulan : Jihad dalam definisi syar’iy (secara
istilah) tidak hanya terbatas pada makna perang (qitaal) saja. Wallaahu
a’lam.
Aboel-Joezaa' of Rain
City 1429(Source:http://abul-jauzaa.blogspot.com)