Dan, Muslim yang melakukan jihad harta dan jiwa Allah Ta’ala tegaskan sebagai Muslim yang sesungguhnya.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا
بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ
وَأَنفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُوْلَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu
hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya,
kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan
harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang
benar” (QS. Al-Hujurat [49]: 15).
Akan tetapi, dalam kesempatan ini kita
akan bahas lebih jelas tentang jihad harta, apa dan mengapa. Menurut Dr.
Nawwaf Takruri dalam bukunya “Keajaiban Jihad Harta” mengatakan ada
tujuh alasan, mengapa jihad harta menjadi keharusan. Namun kita akan
ambil empat diantaranya.
Pertama, menjalankan perintah Allah Ta’ala
Hukum jihad harta adalah wajib, sama
seperti kewajiban berjihad dengan nyawa karena jihad kedua tidak dapat
terlaksana dengan sempurna tanpa jihad pertama.
Jihad dengan harta merupakan persoalan
yang berdiri sendiri dan tidak dapat digugurkan oleh jihad dengan nyawa,
karena kedua jihad terseut merupakan dua taklif (ketetapan hukum) yang
setara. Melainkan bagi yang memang tidak mampu mengerjakan salah
satunya.
Kedua, berharap meraih keutamaan jihad di jalan Allah dengan harta
Menjelaskan hal ini Dr. Nawwaf Takruri mengambil hujjah dari Al-Qur’an.
إِنَّ اللّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُم بِأَنَّ لَهُمُ الجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي
سَبِيلِ اللّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْداً عَلَيْهِ حَقّاً فِي
التَّوْرَاةِ وَالإِنجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ
اللّهِ فَاسْتَبْشِرُواْ بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُم بِهِ وَذَلِكَ
هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari
orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk
mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau
terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam
Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya
(selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah
kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar” (QS. At-Taubah [9]:
111).
Kemudian dalam satu hadits juga
dijabarkan, “Siapa yang menafkahkan harta di jalan Allah, maka dicatat
baginya (pahala) sebanyak 700 kali lipat” (HR. Tirmidzi).
Ketiga, menghindari
dampak buruk keengganan berjihad dengan harta di jalan Allah. Ancaman
Allah terhadap Muslim yang enggan mengamalkan perintah jihad harta
sungguh tidak main-main. Hal ini patut menjadi renungan setiap saat.
“Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan
rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil
dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan
orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada
jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan
mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam
neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan
punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu
yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat
dari) apa yang kamu simpan itu.” (QS. At-Taubah [9]: 34, 35).
Keempat, merealisasikan niat tulus untuk menjalani jihad nyawa
Mukmin yang mau berjihad dengan hartanya
sebenarnya telah memiliki bukti ketulusan hasrat untuk berjihad dengan
nyawa ketika kesempatan terbuka. Dengan demikian dia telah berbuat
sesuai peluang jihad yang tersedia.
Akan tetapi, jika enggan menunaikan
kewajiban jihad yang mampu dikerjakan, lalu mengaku mendambakan dan
merindukan jihad yang lain, maka hal itu membuktikan bahw a pengakuannya
kosong belaka dan kerinduannya tidak tulus karena yang disanggupinya
saja tidak dia kerjakan.
Dengan demikian, umat Islam jangan anti
terhadap harta, karena harta sangat diperlukan dalam pergerakan dakwah
dan pendidikan umat, bahkan jihad untuk kemaslahatan umat. Bahkan umat
Islam perlu berusaha menjadi kaya dengan niat bisa jihad harta.
Akan tetapi, jika jihad harta belum mampu
kita wujudkan, setidaknya kita tidak menjadi orang yang kikir, karena
kekikiran adalah seburuk-buruk perbuatan dan jika itu tetap dilakukan,
sungguh kerugian yang akan ditimbulkan akan sangat memberatkan kehidupan
kita, baik dunia, lebih-lebih di akhirat. Wallahu a’lam.*
(source: http://www.hidayatullah.com)
0 komentar:
Posting Komentar